Wellcome to my Blog, wish you can enjoy and get better things at here :)

Selamat datang di blog ku, smoga kamu bisa menikmati dan mendapatkan sesuatu yang baik disini :)

mY shOw

Wednesday, May 21, 2008

..Today is my day..
27 tahun,, angka yang tidak terlalu banyak tp juga tidak sedikit
ada banyak kisah n cerita dalam perjalanan angka itu
begitu banyak,, hingga tak cukup bila air lautan dijadikan tinta untuk menuliskannya
butuh waktu sebanyak itu juga untuk menceritakannya, membaginya denganmu

tapi jariku gak mo diam, ingin menari terus diatas tuts2 keyboard laptopku
mengajak bagian otakku yang menyimpan memori kenangan, berdansa bersama nya a night long seirama dengan gerakan tubuhku menikmati lagu2 the corrs dari media playerku,, yeah this night I’m in blue, and then I’m hoping that I have little wings to get me fly in to dark blue sky, so high to reach my star, my shining star then to shine my heart n my life ‘til end of our time..

first, for my lord Allah SWT, Alhamdulillahirabbil’alamin untuk semua yang telah dan akan Engkau berikan kepada ku yang kuyakini itu selalu yang terbaik dari Mu

my lovely Dad, you’re always in my heart, walo kebersamaan kita hanya sebentar namun saat2 aq tidur dipelukanmu saat hujan deras dimana petir dan kilat menyambar2 adalah saat2 tak terlupakan. Lenyap semua ketakutanku. i really really miss u, smoga Allah SWT berkenan mempertemukan kita kelak di taman surga Nya. Agar ku bisa bercerita tentang hidupku dan tidur dihangatnya pelukanmu.
my mom, semangat hidupku, sosok yang memiliki unconditional love yang tiap hari ku nikmati terus dan gak ada habis2nya.. yaa Allah berikanlah kesehatan dan umur panjang untuk beliau. Amin.
Keluarga besar Hasibuan dmana aq dibesarkan, home I’ve known, muakasih buanyakk untuk smuanya..

my bro n my sis, I love u,, get the spirit, aza aza fighting (full house mode on)

all of my friends, yang udah bantuin aq memberi warna pada hidupku, pada dunia kita, terus mewarnai ya guys jangan pernah berhenti, selalu ingat tuk mulai lagi, miss u,, smoga waktu mencantumkan dalam jadwalnya untuk mempertemukan kita kembali.


begitu banyak kata yang tersusun dari huruf didalam kepalaku namun hanya ucapan terima kasih yang mampu tersalurkan ke jari2 lentikku.
untuk kasih yang terus mengelilingi ku dan cinta yang terus mengalir didalam darahku teruslah
bersamaku..

Friday, May 16, 2008

bidadari dan laki-laki sejati

Kemarin, pada saat waktu senggang aku ngubek2 komputerku di kantor,, ternyata ada cerpennya putu wijaya “laki-laki sejati” yg udah lama banget kudownload dari salah satu blog yang pernah kubuka pada saat surfing di internet, modified 22/11/2007.
Pada saat itu aku tertarik utk membaca cerpen 8 halaman itu , namun krn terlalu panjang maka kuputuskan utk menyimpannya dulu d harddisk ku, ntar laen waktu aq baca..
tapi krn kesibukanku (sok sibuk kale..) aku lupa (..manusia kan emang t4 nya lupa ya..)
sampe hari senin kmrn aq menemukannya dan membaca habis cerpen itu,, dan cerita itu mengingatkanku pada seorang Yudistira di Bali.

Pada waktu itu tanpa basa basi, tiba-tiba mas Tugino memasukkan flashdisknya k komputer yg kupakai dan memberiku sebuah e-book yang berjudul “Bidadari untuk Ikhwan” dan menyuruhku membacanya (mas tuh tau aq emang suka baca). Aku heran, emang knapa dgn novel ini dan knapa aq disuruh membaca ini,, dari judulnya aja aq udah bs nebak seperti apa isi dari novel itu.

“bagus yach mas ceritanya?” tanyaku, karena biasanya orang akan memberitahu orang lain mengenai sebuah buku bila isinya emang bagus. “baca aja dulu dek..” katanya dan kembali ke tempat duduknya. Mataku melihat ke jumlah page di bagian bawah, lumayan 135 halaman. Melihat dari judulnya sih, itu emang bacaannya mas Tugino bangeett. “Iya deh mas” kataku, walopun setelah itu kukatakan keteman semejaku ‘nana’ gpp gak jadi bidadari, aku mo jadi manusia aja.. (yg tentunya gak didengar ma mas baik itu)
Tapi tetap kusempatkan juga tuk membaca novel itu,. ya iyalah,, abisnya tiap ketemu yg ditanya ‘udah selesai dibaca dek??’

Tapi yudis beda (kalo gak mau dibilang aneh) dia sich mintanya dibilang unik (teman yang duduk disebelah mejaku,,), dia mengatakan “gak usah dibaca itu mbak, jangan terlalu banyak baca buku, itu bohong smua, penulis2 itu pembohong.”
Dilain waktu dia mengatakan “suka baca ya mbak, pantesan kacamata nya tebal, kutu buku, untung gak kutu kecoa.” Kata2 yang gak pernah aq hiraukan, sampai hari ini.

Pernah aq membantahnya “bukankah buku itu jendela dunia? Dengan membaca kita dapat melihat dunia.” Tapi dia punya kata2 yang menarik, yang ntah kenapa kata2 itu betah untuk tinggal didalam kepalaku. “benar mbak buku itu jendela dunia, dan ibarat jendela, mbak put itu hanya bisa melihat keluar tanpa pernah dapat merasakan dunia secara langsung. Untuk dapat melangkahkan kaki keluar mbak put butuh pintu.”
Dengan ngeyel aq pun bertanya “trus pintu nya apa?”
“pintunya yudis mbak” jawabnya dengan lugas.

Seandainya pada saat itu kita bertemu di Pulau Dewata itu, pulau yang katanya menghadirkan banyak kisah cinta,, mungkin saat itu juga aku akan langsung jatuh cinta padamu. Tapi Jakarta kota besar yang ribut dan penuh dengan logika, sama dengan kota tempat aku tinggal.

Buat mas Tugino, suatu hari nanti pasti akan kubaca habis novel itu,, dan pada saat itu aku akan menghubungi mas untuk mendiskusikannya walo pun itu dah basi bangeett..
Nih ringkasan yang kubuat dari cerpen itu, uda berusaha seringkas-ringkasnya tapi tetap aja banyak hasilnya;

Laki-Laki Sejati
Cerpen Putu Wijaya

Seorang perempuan muda bertanya kepada ibunya. Ibu, lelaki sejati itu seperti apa?

Kenapa kamu menanyakan itu, anakku?
Sebab aku ingin tahu.
Dan sesudah tahu?
Aku tak tahu.

Jangan malu, anakku. Sebuah rahasia tak akan menguraikan dirinya, kalau kau sendiri tak penasaran untuk membukanya. Sebuah rahasia dimulai dengan rasa ingin tahu, meskipun sebenarnya kamu sudah tahu. Hanya karena kamu tidak pernah mengalami sendiri, pengetahuanmu hanya menjadi potret asing yang kamu baca dari buku.
Dan apa kamu siap menerima kebenaran walaupun itu tidak menyenangkan?
Maksud Ibu?
Lelaki sejati anakku, mungkin tidak seperti yang kamu bayangkan.
Kenapa tidak?
Sebab di dalam mimpi, kamu sudah dikacaukan oleh bermacam-macam harapan yang meluap dari berbagai kekecewaan terhadap laki-laki yang tak pernah memenuhi harapan perempuan. Di situ yang ada hanya perasaan keki.

Apakah itu salah?
Ibu tidak akan bicara tentang salah atau benar. Ibu hanya ingin kamu memisahkan antara perasaan dan pikiran.

Antara harapan dan kenyataan.
Aku selalu memisahkan itu.
Ibunya tersenyum.

Berarti kamu sudah siap untuk melihat kenyataan?
Aku siap. Aku tak sabar lagi untuk mendengar. Tunjukkan padaku bagaimana laki-laki sejati itu.
Seorang laki-laki sejati adalah seorang yang melihat yang pantas dilihat, mendengar yang pantas didengar, merasa yang pantas dirasa, berpikir yang pantas dipikir, membaca yang pantas dibaca, dan berbuat yang pantas dibuat, karena itu dia berkelakuan yang pantas dilakukan dan hidup yang sepantasnya dijadikan kehidupan.
Perempuan muda itu tercengang.
Hanya itu?
Seorang laki-laki sejati adalah seorang laki-laki yang satu kata dengan perbuatan!
Orang yang konsekuen?
Lebih dari itu!
Seorang yang bisa dipercaya?
Semuanya!

Perempuan muda itu terpesona.
Apa yang lebih dari yang satu kata dan perbuatan? Tulus dan semuanya? Ahhhhh! Perempuan muda itu memejamkan matanya, seakan-akan mencoba membayangkan seluruh sifat itu mengkristal menjadi sosok manusia dan kemudian memeluknya. Aku jatuh cinta kepadanya dalam penggambaran yang pertama. Aku ingin berjumpa dengan laki-laki seperti itu. Katakan di mana aku bisa menjumpai laki-laki sejati seperti itu, Ibu?
Ibu tidak menjawab. Dia hanya memandang anak gadisnya seperti kasihan. Perempuan muda itu jadi bertambah penasaran.
Di mana aku bisa berkenalan dengan dia?
Untuk apa?
Karena aku akan berkata terus-terang, bahwa aku mencintainya. Aku tidak akan malu-malu untuk menyatakan, aku ingin dia menjadi pacarku, mempelaiku, menjadi bapak dari anak-anakku, cucu-cucu Ibu. Biar dia menjadi teman hidupku, menjadi tongkatku kalau nanti aku sudah tua. Menjadi orang yang akan memijit kakiku kalau semutan, menjadi orang yang membesarkan hatiku kalau sedang remuk dan ciut. Membangunkan aku pagi-pagi kalau aku malas dan tak mampu lagi bergerak. Aku akan meminangnya untuk menjadi suamiku, ya aku tak akan ragu-ragu untuk merayunya menjadi menantu Ibu, penerus generasi kita, kenapa tidak, aku akan merebutnya, aku akan berjuang untuk memilikinya. Dada perempuan muda itu turun naik.

Katakan cepat Ibu, di mana aku bisa menjumpai laki-laki itu?
Bunda menarik nafas panjang. Gadis itu terkejut.
Kenapa Ibu menghela nafas sepanjang itu?
Karena kamu menanyakan sesuatu yang sudah tidak mungkin, sayang.
Apa? Tidak mungkin?
Ya.Kenapa?Karena laki-laki sejati seperti itu sudah tidak ada lagi di atas dunia.
Oh, perempuan muda itu terkejut. Sudah tidak ada lagi?
Sudah habis.
Ya Tuhan, habis? Kenapa?
Laki-laki sejati seperti itu semuanya sudah amblas, sejak ayahmu meninggal dunia.
Perempuan muda itu menutup mulutnya yang terpekik karena kecewa.

Tidak ada lagi laki-laki sejati, anakku. Jadi kalau kamu masih merindukan laki-laki sejati, kamu akan menjadi perawan tua. Lebih baik hentikan mimpi yang tak berguna itu. Gadis itu termenung. Mukanya nampak sangat murung. Jadi tak ada harapan lagi, gumamnya dengan suara tercekik putus asa. Tak ada harapan lagi. Kalau begitu aku patah hati.
Patah hati?
Ya. Aku putus asa.
Kenapa mesti putus asa?
Karena apa gunanya lagi aku hidup, kalau tidak ada laki-laki sejati?
Ibunya kembali mengusap kepala anak perempuan itu, lalu tersenyum.

Kamu terlalu muda, terlalu banyak membaca buku dan duduk di belakang meja. Tutup buku itu sekarang dan berdiri dari kursi yang sudah memenjarakan kamu itu. Keluar, hirup udara segar, pandang langit biru dan daun-daun hijau. Ada bunga bakung putih sedang mekar beramai-ramai di pagar, dunia tidak seburuk seperti yang kamu bayangkan di dalam kamarmu. Hidup tidak sekotor yang diceritakan oleh buku-buku dalam perpustakaanmu meskipun memang tidak seindah mimpi-mimpimu.
Keluarlah anakku, cari seseorang di sana, lalu tegur dan bicara! Jangan ngumpet di sini!
Aku tidak ngumpet!
Jangan lari!
Siapa yang lari?
Mengurung diri itu lari atau ngumpet. Ayo keluar!
Keluar ke mana?
Ke jalan! Ibu menunjuk ke arah pintu yang terbuka. Bergaul dengan masyarakat banyak.
Gadis itu termangu.
Untuk apa? Dalam rumah kan lebih nyaman?
Kalau begitu kamu mau jadi kodok kuper!
Tapi aku kan banyak membaca? Aku hapal di luar kepala sajak-sajak Kahlil Gibran!
Tidak cukup! Kamu harus pasang omong dengan mereka, berdialog akan membuat hatimu terbuka, matamu melihat lebih banyak dan mengerti pada kelebihan-kelebihan orang lain.
Perempuan muda itu menggeleng. Tidak ada gunanya, karena mereka bukan laki-laki sejati.

Makanya keluar. Keluar sekarang juga!
Keluar?
Ya.

Wajah perempuan muda itu tetap kosong.
Aku tidak memerlukan matahari, aku memerlukan seorang laki-laki sejati, bisiknya.
Makanya keluar dari rumah dan lihat ke jalanan!
Untuk apa?

Banyak laki-laki di jalanan. Tangkap salah satu. Ambil yang mana saja, sembarangan dengan mata terpejam juga tidak apa-apa. Tak peduli siapa namanya, bagaimana tampangnya, apa pendidikannya, bagaimana otaknya dan tak peduli seperti apa perasaannya. Gaet sembarang laki-laki yang mana saja yang tergapai oleh tanganmu dan jadikan ia teman hidupmu!

Perempuan muda itu tecengang. Hampir saja ia mau memprotes. Tapi ibunya keburu memotong. Asal, lanjut ibunya dengan suara lirih namun tegas, asal, ini yang terpenting anakku, asal dia benar-benar mencintaimu dan kamu sendiri juga sungguh-sungguh mencintainya. Karena cinta, anakku, karena cinta dapat mengubah segala-galanya.
Perempuan muda itu tercengang.

Dan lebih dari itu, lanjut ibu sebelum anaknya sempat membantah, lebih dari itu anakku, katanya dengan suara yang lebih lembut lagi namun semakin tegas, karena seorang perempuan, anakku, siapa pun dia, dari mana pun dia, bagaimana pun dia, setiap perempuan, setiap perempuan anakku, dapat membuat seorang lelaki, siapa pun dia, bagaimana pun dia, apa pun pekerjaannya bahkan bagaimana pun kalibernya, seorang perempuan dapat membuat setiap lelaki menjadi seorang laki-laki yang sejati! ***

Denpasar, akhir 2004

,,kan kulangkahkan kakiku,,
“Insya Allah suatu hari nanti aku pasti akan merasakan lembayung Bali”