Waktu itu aq lagi jalan ma ijal, kami masuk ke toko buku gramedia di salah satu mal di kota ini, untuk mencari komik titipan keponakanku. Setelah selesai mencari komik aq juga iseng melihat buku2 lain terutama yang di rak ‘buku baru’. Disitu kulihat sebuah buku tentang figur patriotik dari persia yang kita semua kenal, Ahmadinejad. Walau sebelum nya juga telah banyak terbit buku-buku yang menulis tentang sosok walikota sederhana ini yang menyumbangkan semua gajinya dan hidup dengan gajinya sebagai dosen, dan beberapa telah kubaca. Aku tetap tertarik untuk memiliki buku tipis dengan harga yang cukup dengan mengorbankan makan bakso favorite ku disalah satu resto fast food itu.
Hal yang paling menarik perhatianku dibuku itu adalah mengenai nuklir iran yang kontroversial itu, tapi sebelumnya akan kutulis sedikit mengenai Mahmoud Ahmadinejad yang dalam bahasa Parsi berarti ras yg unggul, bijak dan paripurna. Merupakan presiden yang tidak berasal dari mullah dan bukan dari elit yang dekat dengan kekuasaan. Seorang revolusioner sejati yang tampil sangat merakyat dengan kemeja lengan panjang, sepatu bolong2, menyapu jalanan dan menyetir sendiri mobil tua nya. Ia adalah figur idola dalam kehidupan nyata. Ia seolah memiliki 'kepribadian ganda', di satu sisi ia bisa bertarung keras untuk merebut dan mengelola kekuasaan, dan di sisi lain ia bertarung sama kerasnya menolak segenap pengaruh kekuasaan agar tidak mempengaruhi batinnya.
Dalam pandangannya, untuk mewujudkan masyarakat Islam yang maju dan sejahtera, pejabat negara haruslah memiliki standar hidup yang sama dengan rakyat kebanyakan, mencerminkan kehidupan nyata dari masyarakatnya, dan tidak hidup di menara gading. Ia menetapkan PPN baru bagi orang-orang kaya dan menggunakan dananya untuk membangun perumahan bagi rakyat miskin, dan membawa ‘uang minyak’ ke piring-piring orang miskin.
Berikut adalah pertanyaan sekaligus penentangan keras yang diutarakan Ahmadinejad kepada Amerika beserta sekutunya yang tidak mampu dijawab oleh mereka “Jika nuklir dianggap buruk, mengapa kalian (barat) boleh memilikinya? Dan jika memang nuklir dianggap baik, mengapa kami (Iran), tidak boleh memilikinya?”
Ahmadinejad memiliki sejumlah alasan rasional, yang dapat dijadikan sebagai dasar mengapa Iran tetap ngotot melanjutkan program nuklirnya.
- Nuklir merupakan teknologi prestisius yang dapat membawa Iran “lari melejit” menuju bangsa yang maju. Konkretnya, jika Iran berhasil memanfaatkan teknologi nuklir untuk memenuhi kebutuhan listriknya, maka Iran akan dapat membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, yang notabene jauh lebih murah dan sangat efektif. Dengan memiliki alternatif teknologi nuklir dan cadangan minyak yang besar, Iran jelas akan lahir menjadi negara kaya.
- Teknologi nuklir dapat membantu Iran dalam melawan segala bentuk penindasan dan dominasi negara2 barat atas Iran khususnya, serta negara2 sedang berkembang pada umumnya. Ini jelas merupakan perisai tangguh, yang dapat menangkis geliat hegemoni barat atas Iran.
- Hak legal bangsa Iran untuk melakukan program pengembangan nuklir. Lebih dari itu, program pengembangan nuklir dinilai dapat memantik “api” semangat kemajuan seluruh rakyat Iran yang selama ini hidup dalam berbagai tekanan, embargo, dan kekangan dunia barat sejak bergulirnya Revolusi 1979. Ahmadinejad menekankan bahwa energi nuklir memiliki banyak manfaat hampir pada semua bidang kehidupan, termasuk bidang pertanian dan kedokteran.
Itulah sedikit yang kuketahui yang ingin kubagi dsini.. Dan Indonesia, yang sebelumnya mendukung program pengembangan nuklir Iran, kini juga ikut mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB,, masih tetapkah tidak memiliki pendirian?? Yach, nasib negara yang masih sangat2 bergantung kepada..,,..,,..,,..
